BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke atau cedera serebrovaskular merupakan penyakit serebrovaskular yang terjadi secara tiba –tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapatdisebabkan oleh adanya sumbatan total atau parsial pada satu atau lebih pembuluh darah serebral sehingga menghambat aliran darah ke otak. Hambatan tsb terjadi akibat pecahnya pembuluh darah atau penymbatan pembuluh darah oleh gumpalan atau clot. (Ikawati, 2011)
Berdasarkan laporan penelitian University of Cambridge, didapatkan bahwa 20.000 orang berumur antara 41-80 tahun dalam rentang waktu 8,4 tahun, 595 mengalami stroke dengan resiko 40% lebih tinggi terkena stroke. Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga di dunia termasuk Indonesia sesudah Penyakit Jantung Koroner dan Kanker. Menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di Amerika Serikat setiap tahunnya, yang terjadi pada 750.000 orang setiap 45 menit. (Ethical Digest, 2005).
Data stroke yang dikeluarkan oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa penderita stroke di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. (Jurnal Stroke belanda, 2012 ). Di Indonesia dari data Depkes RI tahun 2009, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 juta per 1000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah NAD (16,6 per 1000 penduduk ) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1000 penduduk) . (Depkes RI, 2009).
Pada saat ini, jumlah usia lanjut (lansia, berumur >65tahun) di dunia diperkirakan mencapai 450 juta orang (7% dari seluruh penduduk dunia), dan nilai ini diperkirakan akan terus meningkat. Sekitar 50% lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes Melitus maupun Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) meningkat seiring dengan pertambahan usia, menetap sebelum akhirnya menurun. Dari data WHO didapatkan bahwa setelah mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg%/tahun pada saat puasa dan akan naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam setelah makan.1,3Seiring dengan pertambahan usia, lansia mengalami kemunduran fisik dan mental yang menimbulkan banyak konsekuensi. Selain itu, kaum lansia juga mengalami masalah khusus yang memerlukan perhatian antara lain lebih rentan terhadap komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular dari DM dan adanya sindrom geriatri.
Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinis gangguan metabolism karbohidrat, protein dan lemak, akibat ketidakcukupan sekresi insulin pada jaringan yang dituju (Dorlan, 2002). Organisasi kesehatan dunia (WHO), yang beranggotakan 191 negara, menyebutkan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus di seluruh dunia yang mencapai sekitar 2,8% pada tahun 2000, diperkirakan meningkat menjadi 4,4% pada 2030. Prevalensi diabetes pada pria lebih tinggi daripada wanita dan sebagian besar penderita diabetes terbanyak, menderita Dabetes Mellitus Tipe II. (Ethical digest, 2005)
Indonesia kini telah menduduki ranking keempat jumlah penyandang diabetes terbanyak setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), Amerika Serikat (17,7 juta) . Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyandang diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan ada 20,1 juta jiwa penyandang diabetes. (pdpersi, 2011). Data di Nanggroe Aceh Darussalam, yang didapatkan dari sensus penduduk tahun 2011 yang menderita Diabetes Mellitus sebanyak 21%. Berdasarkan hasil pendataan di Banda Aceh, didapatkan hasil bahwa sekitar 605 kasus Diabetes Mellitus baru terdiagnosis setiap tahunnya (afarat, 2011)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka prevalensi Diabetes Mellitus tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara ( masing masing 11,1%), diikuti Riau (10,4%) dan NAD (8,5 %). Sementara itu, prevalensi Diabetes Mellitus terendah ada di provinsi Papua (1,7%), diikuti NTT (1,8%). Angka kematian akibat Diabetes Mellitus terbanyak pada kelompok usia 45-54 tahun didaerah perkotaan sebesar 14,7%, sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,8%. (Ethical Digest, 2005)
1.2 Rumusan Masalah
Tingginya angka penderita Diabetes Mellitus, menyebabkan Indonesia menduduki peringkat keempat dengan jumlah penderita sebesar 8,4 juta jiwa dengan presentase terbanyak adalah Diabetes Mellitus Tipe II. Sedangkan di Nanggroe Aceh Darussalam sendiri, Diabetes Mellitus menduduki posisi keempat dan posisi pertama untuk penderita stroke, yang mana sekitar 80% penyakit Stroke disebabkan oleh Stroke Iskemik. Melihat keeratan antara hubungan Diabetes Melltus Tipe II dan Stroke Iskemik inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk merumuskan masalah Hubungan Diabetes Mellitus Tipe II dengan penyakit Stroke Iskemik pada pasien di ruang rawat Penyakit Saraf RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Berapakah prevalensi penderita Diabetes Mellitus Tipe II pada pasien di ruang rawat Penyakit Saraf RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
2. Berapakah prevalensi penderita penyakit Stroke Iskemik pada pasien di ruang rawat Penyakit Saraf RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
3. Apakah Diabetes Mellitus Tipe II berhubungan dengan angka kejadian stroke Iskemik pada pasien di ruang rawat Penyakit Saraf RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini \adalah untuk mengetahui hubungan Diabetes Mellitus Tipe II dengan penyakit Stroke Iskemik pada pasien di ruang rawat Penyakit Saraf RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.4.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Prevalensi penderita Diabetes Mellitus Tipe II pada pasien di ruang rawat Penyakit Saraf RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
2. Prevalensi penderita penyakit Stroke Iskemik pada pasien di ruang rawat Penyakit Saraf RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
3. Hubungan Diabetes Mellitus Tipe II dengan angka kejadian stroke Iskemik pada pasien di ruang rawat Penyakit Saraf RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1.5.1 Manfaat Praktis
1. Menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang DM Tipe II dan penyakit Stroke Iskemik
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan semaksimal mungkin bagi mengelakkan terjadinya DM Tipe II dengan penyakit Stroke Iskemik
1.5.2 Manfaat Teoritis
1. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti tentang DM Tipe II dan Penyakit Stroke Iskemik
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan kepada tenaga medis, terutama dokter mengenai hubungan antara DM Tipe II dengan penyakit Stroke Iskemik di RSU Cut Meutia Lhokseumawe
.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, yang terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung. Esofagus terletak di anterior vertebrae dan menembus hiatus diafragma tepat di anterior aorta. Esofagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung. Pada kedua ujung esofagus terdapat otot sfingter. Otot krikofaringeus membentuk sfinter esofagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut otot rangka. Bagian esofagus ini secara normal berada dalam keadaan tonik atau kontraksi kecuali pada waktu menelan. Sfingter esofagus bagian bawah, walaupun secara anatomis tidak nyata bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke dalam esofagus. Dalam keadaan normal sfingter ini menutup, kecuali bila makanan masuk ke dalam lambung atau waktu berdahak atau muntah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komentar
Posting Komentar