Langsung ke konten utama

ANATOMI HISTOLOGI FISIOLOGI EMBRIOLOGI ESOFAGUS

 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG
Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, yang terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung. Esofagus terletak di anterior vertebrae dan menembus hiatus diafragma tepat di anterior aorta. Esofagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung. Pada kedua ujung esofagus terdapat otot sfingter. Otot krikofaringeus membentuk sfinter esofagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut otot rangka. Bagian esofagus ini secara normal berada dalam keadaan tonik atau kontraksi kecuali pada waktu menelan. Sfingter esofagus bagian bawah, walaupun secara anatomis tidak nyata bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke dalam esofagus. Dalam keadaan normal sfingter ini menutup, kecuali bila makanan masuk ke dalam lambung atau waktu berdahak atau muntah.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Embriologi Esofagus
            Divertikulum respiratorium (tunas paru) di dinding ventral usus di perbatasan dengan usus faring terbentuk ketika mudigah berusia 4  minggu.
Gambar 2.1 Perkembangan mudigah selama perkembangan minggu keempat dan kelima6084.jpg
Sumber: Sheerwood
            Septum trakeoesofageale secara bertahap memisahkan divertikulum ini dari bagian dorsal usus depan dengan cara ini, usus depan terbagi menjadi satu bagian ventral, primordium respiratorik, dan bagian dorsal, esofagus. Awalnya esofagus berukuran pendek (Gambar 2.1A) tetapi dengan turun jantung dan paru, organ ini cepat memanjang (Gambar 2,2B). Lapisan otot yang terbentuk oleh mesenkim splanknik di sekitarnya, bersifat lurik di dua pertiga atas dan dipersafari oleh nervus vagus: Lapisan otot bersifat polos di sepertiga bawah dan dipersarafi oleh pleksus splanknikus.
            Masa kehamilan 20 minggu, setelah diamati tekah terjadi proses menelan didalam uterus sedangkan menghisap dikoordinasikan pada masa kehamilan 33-34 minggu. Bayi baru lahir cukup bulan mempunyai gerakan mengisap cepat, pendek yang diikuti dengan gerakan menelan. Dalam waktu beberapa hari (atau beberapa minggu jika hayi prematur) bayi mampu menelan dan bernafas dengan cara yang teratur dan terkoordinasi selama gerakan mengisap yang lama. Gerakan menelan dimulai dengan naiknya bagian posterior lidah secara mendadak, yang kemudian mendorong segumpal makanan atau cairan ke arah faring posterior. Secara bersamaan laring superior dan anterior berpindah tempat. dan posisi epiglotis menjadi sedemikian rupa sehingga melindungi saluran udara laring; sementara itu nasofaring tertutup oleh palatum molle dan uvula. (Arvin, 1999)
2.2       Anatomi Esofagus
            Esofagus adalah tuba muskular dengan panjang 9 sampai 10 inci (25 cm) dan berdiameter 1 inci (2,54 cm) (Sloane, 2003). Esofagus adalah tuba muskular yang menghubungkan faring dengan lambung (Paulsen dan Waschke, 2012). Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati diafragma dan hiatus esofagus pada area sekitar vertebra toraks kesepuluh dan membuka ke arah lambung (Sloane, 2003).
Esofagus menyempit pada tiga tempat, yaitu :
a. Ujung atasnya (Cervical constriction,Pharyngoesofageal junction)
b. Persilangan dg bronchus (Thoracic constriction)
c. Saat menembus diafragma (Diafragma constriction)

            Esofagus memiliki panjang 25 cm dan tersusun atas tiga bagian yaitu:
1.      Pars cervicalis (5-8 cm)
2.      Pars thoracics (16 cm)
3.      Pars abdominalis (1-4 cm)
Gambar 2.2 Esofagus, Trakea dan Pars Thoracics Aortae
eso2.png
Sumber: Paulsen dan Washchke
Esofagus bagian servikal terletak kurang lebih pada garis tengah leher di belakang trakea dan didepan korpus vertebra (Boies, 1997). Pars cervicalis bersebelahan dengan columna vertebralis sedangkan pars thoracics melintasi arkus aortae yang bersebelahan pada sisi kiri bagian dorsal yang nantinya akan berjalan bersama bronkus utama kiri dan turun ke depan dengan semakin menjauhi kolumna vertebralis. Sudut pandang dorsal menunjukkan kedekatan pars thoracics dengan pericardium dan dengan atrium kiri. Pars abdominalis dimulai ketika bolus melewati hiatus esofagus diafragma.
Esofagus tidak memiliki arteri yang khusus namun disuplai oleh pembuluh darah dari organ sekitar,
1.      Pars cervicalis; Arteri thyroidea inferior
2.      Pars thoracis; Aorta; Ramus esophageal
3.      Pars abdominalis; Arteri Gastrika sinistra dan arteri phrenica inferior.
Jaringan vena yang rumit di tunika adventitia dialirkan kedalam vena-vena berbeda:
1.      Pars cervicalis; vena thyroidea inferior
2.      Pars thoracica dan pars abdominalis; melalui vena azygos dan vena hemiazygos ke dalam vena cava superior.
3.      Bagian inferior mendapatkan akses ke sistem vena porta melalui vena gaster (vena gastric sinistra). Vena-vena ini dapat digunakan sebagai anastomose portocava pada peningkatan tekanan di dalam vena porta. Jaringan vena yang luas di dalam tunika adventitia terhubung dengan vena-vena submukosa. Darah dialirkan melalui vena azygos (sisi kanan) dan vena hemiazigos (sisi kiri) menuju ke atas ke vena cava superior. Esofagus bagian bawah juga berhubungan dengan vena porta hepatis melalui vena-vena di curvature minor lambung (vena gastrika sinistra).
Gambar 2.3 Pembuluh darah di esofagus
eso7.pngeso7.png
Sumber: Paulsen dan Washchke
Limfe esofagus didrainase ke dalam nodus limfe yang secara langsung bersebekahan dengan esofagus (nodi limfodei juxta esophageal)
1.                  Pars cervical; Nodi lymphoidei cervicales profundi
2.                  Pars thoracica dan pars abdominalis; Nodus limfe pada mediastinum(nodi lympodei trakeobronkiales dan paratrakeales) dan pada rongga peritoneum (nodi lympoidei prenici inferior pada sisi abdomen diafragma dan nodi limpodei gastric di curvature minor lambung.




Gambar 2.4 Pembuluh limfe pada esofagus
esof.png
Sumber: Paulsen dan Waschke
2.3              Histologi Esofagus
            Esofagus merupakan bagian saluran cerna yang disebut merupakan saluran berotot yang berfungsi meneruskan makanan dari mulut ke lambung (Mescher,2011). Esofagus merupakan suatu saluran lunak dengan panjang kira-kira 10 inci yang berjalan dari faring sampai ke lambung. Saluran ini terletak di belakang trakea dan di mediatinum rongga toraks.  
            Struktur dinding esofagus sama halnya seperti keseluruhan usus yang terdiri dari membran mukosa luminal (Tunika mukosa) yang dipisahkan dari lapisan muskular (Tunika muskularis) oleh lapisan jaringan ikat longgar (Tela submukosa). Partes cervicalis dan thoracica dilapisi oleh tunika adventitia sedangkan permukaan bagian luar pars abdominalis intraperitoneal dilapisi oleh peritoneum visceral yang membentuk tunika serosa (Paulsen dan Washchke, 2012). Bagian esofagus yang pendek terdapat di rongga abdomen sebelum berakhir di lambung. Esofagus dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dengan sel-sel punca yang tersebar di seluruh lapisan basal  (Mescher,2011).
Gambar 2.5 Struktur dinding esofagus dilihat secara mikroskopik
eso3.png
 








Sumber : Paulsen dan Waschke
            Esofagus hanya dikelilingi oleh jaringan ikat yang disebut adventisia pada rongga toraks. Dinding terluar segmen pendek esofagus dilapisi oleh mesotelium(epitel selapis gepeng) untuk membentuk serosa di rongga abdomen. Lumen esofagus dilapisis oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk(epithelium stratificatum squamosum non cornificatum) yang basah di sebelah dalam. Lumennya akan memperlihatkan banyak lipatan longitudinal temporer di mukosa jika esofagus kosong.
            Kelenjar kardia esofagus terdapat di lamina propia esofagus dekat lambung dan di submukosa terdapat kelenjar esofagus kecil. Kedua kelenjar mengeluarkan mucus untuk melindungi mukosa dan memepermudah lewatnya bahan makanan melalui esofagus. Dinding luar esofagus, muskularis eksternamengandung campuran berbagai jenis serat otot. Muskularis eksterna mengandung campuran berbagai jenis serat otot di sepertiga atas esofagus sedangkan di sepertiga tengah esofagus, muskularis eksterna mengandung baik serat otot rangka maupun otot polos, sementara sepertiga bawah esofagus terutama terdiri dari serat otot polos
Gambar 2.5 Esofagus Potongan Longitudinal dan Transversal
6109.jpg6109.jpg
Sumber: Mescher
2.4       Fisiologi Esofagus
            Esofagus adalah saluran berotot yang relatf lurus yang terbentang antara faring dan lambung. Struktur ini yang sebagian besar terletak di rongga toraks, menembus diafragma dan menyatu dengan lambung di rongga abdomen beberapa sentimeter di bawah diafragma. Esofagus dijaga di kedua ujung oleh sfingter. Sfinger adalah struktur otot berbentuk cincin yang ketika tertutup, mencegah lewatnya sesuatu melalui saluran yang dijaganya. Sfingter esofagus atas adalah sfingter faringoesofagus dan singter bagian bawah adalah sfingter gastroesofagus.
            Sfingter faringoesofagus menjaga pintu masuk ke esofagus selalu tertutup untuk mencegah masuknya udara dalam jumlah besar ke dalam esofagus dan lambung sewaktu bernapas. Sendawa timbul saat jika saluran pencernaan menerima banyak gas dibandingkan saluran pernapasan. Sfingter faringoesofagus akan membuka pada saat menelan sehingga memungkinkan bolus masuk ke dalam esofagus dan akan menutup jika bolus sudah terdapat di esofagus.
Menelan merupakan suatu aksi fisiologis kompleks ketika makanan atau cairan berjalan dari mulut ke lambung. Menelan merupakan rangkain gerakan otot yang sangat terkoordinasi, dimulai dari pergerakan voluntar lidah dan diselesaikan dengan serangkaian refleks dalam faring dan esofagus. Bagian aferen refleks ini merupakan serabut-serabut yang terdapat dalam saraf V, IX, dan X. Pusat menelan atau deglutisi terdapat pada medula oblongata. Dibawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan ke luar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf kranial V, X, dan XII menuju ke otot-otot lidah, faring, laring dan esofagus. (Sjamsuhidayat, 2005).
Menelan merupakan suatu proses yang kontiniu dan  didalamnya terdapat tiga fase oral, faringeal, dan esophageal (FK UI, 2012). Pada fase oral, makanan yang telah dikunyah oleh mulut disebut bolus didorong ke belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan voluntar lidah. Akibat yang timbul dari peristiwa ini adalah rangsangan gerakan refleks menelan. (Sjamsuhidayat, 2005).
 Pusat menelan memicu gelombang peristaltic primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus menelusuri esofagus untuk asuk ke dalam lambung. Gerakan peristaltik merujuk kepada kontraksi otot polos sirkular berbentuk cincin yang bergerak progresif maju, mendorong bolus ke bagian di depannya. Gelombang peristaltic memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan gelombang dikonrol oleh pusat menelan dengan persarafan melalui saraf vagus.
Gambar 2.7 Fisiologi Pencernaan






Sumber : Sheerwood
            Gelombang peristaltic kedua terjadi apabila bolus yang tertelan besar atau lengket, misalnya potongan roti yang tidak dapat didorong mencapai lambung oleh gelombang peristaltic primer, makan bolus yang tertahan tersebut akan merenggangkan esofagus dan merangsang reseptor tekanan di dindingnya dan terjadi pengaktifan gelombang yang diperantarai oleh pleksus saraf instrinsik. Peregangan esofagus juga secara reflex meningkatkan sekresi liur. Bolus yang terperangkap akhirnya terlepas dan bergerak maju melalui kombinasi pelumasan oleh liur tambahan yang tertelan dan gelombang peristaltic kedua yang kuat.
            Sfingter gastroesofagus tetap kontraksi untuk mempertahankan sawar antara lambung dan esodagus, mengurangi kemungkinan refluks isi lambung yang asam ke dalam esofagus. Heartburn  terjadi jika isi lambung mengalir balik ke esofagus, menyebabkan iritasi dari bronkus dan menyebabkan rasa tak nyaman di esofagus. Sekresi esofagus seluruhnya terdiri dari mucus yang disekresikan di sepanjang saluran cerna oleh sel kelenjar penghasil mucus di mukosa. Mukus esofagus berperan dalam menghasilkan pelumasan yang berfungsi mengurangi kemungkinan kerusakan esofagus oleh tepi-tepi tajam makanan yang baru masuk serta melindungi dinding esofagus dari asam dan enzim jika terjadi refluks asam lambung. Waktu yang dibutuhkan makanan  atau bolus di faring dan esofagus hanya sekitar 6 sampai 10 detik sehingga tidak memungkinkan terjadinya penyerapan mengakibatkan esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan (Sloane, 2003).
Esofagus juga memiliki tiga konstriksi yaitu: (Paulsen dan waschkle, 2012)
1.      Konstriksi cervical di kartilago cricoids (Angustia cricoidea; konstriksi pharyngo-esophageal) yang mempunyai lumen terkecil dan terletak setinggi sfingter esofagus bagian atas dan vertebra cervical VI
2.      Konstriksi thoracis di Aorta (Angustia aortica; konstriksi aortobronkial) terjadi karena proksimitas langsung arkus aorta daru sisi kiri dan dorsal (setinggi vertebra thorakal IV)
3.      Konstriksi diafragmatica terletak di dalam hiatus esofagus ( Setinggi vertebra X) dan tidak ada otot sfingter sejati namun adanya mekanisme angiomuskular yang bekerja seperti katup di bawah perluasan (Lower oesophageal sphinter, LES). Jaringan ikat elastic (ligamentum phrenicooeshophageal) melekatkan bagian luar esofagus ke hiatus esofagus.
Gambar 2.7 Konstriksi esofagus
eso4.png
Sumber : Paulsen dan waschkle







BAB 3
PENUTUP


3.1       Kesimpulan
Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter 2 cm, yang terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung. Esofagus terletak di posterior jantung dan trakea, di anterior vertebrata, dan menembus hiatus diafragma tepat di anterior aorta. Esofagus tidak mempunyai pembuluh darah sendiri dan sebaliknya akan dialiri oleh pembuluh darah disekitarnya.
Organ silindris ini juga mempunyai lapisan yang mirip dengan kebanyakan saluran pencernaan yang terdiri dari tunika mukosa, tela submukosa, tunika muskularis dan tunika adventitia. Fungsi utama esofagus adalah menyalurkan makanan dan minuman dari mulut ke lambung. Esofagus berperan dalam proses menelan dan mencegah terjadinya refluks isi lambung ke rongga mulut.
                                                            


Komentar

Postingan populer dari blog ini

proposal blok 8 penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskular merupakan penyakit serebrovaskular yang terjadi secara tiba –tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapatdisebabkan oleh adanya sumbatan total atau parsial pada satu atau lebih pembuluh darah serebral sehingga menghambat aliran darah ke otak. Hambatan tsb terjadi akibat pecahnya pembuluh darah atau penymbatan pembuluh darah oleh gumpalan atau clot. (Ikawati, 2011) Berdasarkan laporan penelitian University of Cambridge, didapatkan bahwa 20.000 orang berumur antara 41-80 tahun dalam rentang waktu 8,4 tahun, 595 mengalami stroke dengan resiko 40% lebih tinggi terkena stroke. Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga di dunia termasuk Indonesia sesudah Penyakit Jantung Koroner dan Kanker. Menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di Amerika Serikat setiap tahunnya, yang terjadi pada 750.000 orang setiap 45 menit. (Ethical Digest, 2005). Data stroke yan

LAPORAN KASUS JIWA SKIZOFRENIA

I.           IDENTITAS PASIEN             Nama                                        :             Jenis Kelamin                           : Laki-laki             Umur                                        : 19 tahun Alamat                                                 :             Status Pernikahan                    : Belum Kawin Pekerjaan                                  : Tidak Bekerja             Pendidikan Terakhir                 :   SMA             Agama                                      : Islam             Suku                                         :             TMRS                                      : 23 November 2017             Tanggal Pemeriksaan               : 24 November 2017 II          RIWAYAT PSIKIATRI             Data diperoleh dari: 1.          Rekam medis                    : 2.          Autoanamnesis                  : 3.          Alloanamnesis                  : - A.        Keluhan Utama Mengamuk B.