BAB 1
PENDAHULUAN
Luka listrik adalah salah satu jenis
luka karena peristiwa fisika. Trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi
bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau disebabkan oleh terkenanya
pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Rangkaian listrikdalam hal ini
adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling dihubungkan
dengan cara-cara tertentu. Elemen atau komponen memiliki dua buah terminal atau
kutub pada kedua ujungnya. Pembatasan elemen atau komponen listrik pada
Rangkaian Listrik dapat dikelompokkan kedalam elemen atau komponen aktif dan
pasif. Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan energi dalam hal ini adalah
sumber tegangan dan sumber arus. Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen
ini tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang
hanya dapat menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada komponen resistor
atau banyak juga yang menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol R.
Cedera Akibat Listrik merupakan
kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan
membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam.
Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak langsung dengan arus
listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia
akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan tubuh.
Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi
kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak.
Luka yang
diakibatkan oleh arus listrik yang fatal umumnya disebabkan oleh kecelakaan,
dan lebih sering pada arus bolak-balik (AC) daripada searah (DC). Kerusakanyang
diakibatkanoleh trauma listrik disebabkan oleh dua mekanisme yaitu terjadinya
pemanasan dan aliran listrik itu sendiri yang melewati jaringan. Pemanasan akan
menyebabkan nekrosis koagulatif dan aliran listrik pada jaringan akan
menyebabkan kerusakan membran sel. Kerusakan terbesar biasanya pada sel-sel
saraf pembuluh darah dan otot.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Luka Listrik adalah luka yang
disebabkan oleh trauma listrik, yang merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh
adanya persentuhan dengan benda yang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan
luka bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.
Arus
listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke potensial rendah.
Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan positif (berlawanan arah dengan
elektron-elektron).
Bagian-bagian listrik, antara lain :
a.
Arus
listrik (I)
a.
Arus
listrik searah atau direct current (DC)
mengalir secara terus menerus ke satu
arah, dipakai dalam industri elektrolisis, misalnya pada pemurnian dan
pelapisan/penyepuhan logam. Juga digunakan pada telepon (30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500
volt). Sumber misalnya baterai dan accu.
b.
Arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC)
mengalir bolak-balik, digunakan di
rumah-rumah dan pabrik-pabrik, biasanya 110 volt atau 220 volt, jauh lebih
berbahaya daripada arus DC, tubuh manusia 4-6 kali lebih sensitif terhadap arus
AC.
b.
Frekuensi
listrik
Satuan : cycle per second atau hertz,
yang paling sering digunakan 50 dan 60 hertz, yang paling tinggi 1 jt hertz
dengan voltage 20.000-40.000 volt tidak begitu berbahaya dapat digunakan
sebagai diatermi. Tubuh sangat tidak peka terhadap frekuensi yang sangat tinggi
atau sangat rendah, contohnya kurang dari 40 hertz atau lebih dari 1.000 hertz.
c.
Tegangan
(voltage/V)
Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik
yang dibutuhkan untuk menghasilkan intensitas listrik sebesar 1 ampere melalui
sebuah konduktor (penghantar) yang memiliki tahanan sebesar 1 ohm.
-
Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram listrik.
-
Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
-
Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays therapy
dan diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan 20 ribu - 40 ribu
volt. Kuat arus yang sering kita gunakan dibawah 6 ampere. LET GO CURRENT = kuat arus dari aliran listrik dimana korban masih
bisa melepaskan diri darinya.
d.
Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Satuan
: ohm. Menurut hukum Ohm, besarnya intensitas listrik (I) sama dengan besarnya
tegangan/voltage (V) dibagi dengan tahanan (R) dari medium.
Panas
yang terjadi tergantung dari :
1.
banyaknya arus
2.
lamanya kontak
3.
besarnya hambatan
Hal ini
sesuai dengan rumus :
Keterangan
: W
= panas yang dihasilkan (kalori)
I = kuat arus (ampere)
R
= hambatan (ohm)
t = waktu (detik)
2. Etiologi
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi
bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat
berada dekat dengan sumber listrik.
Secara umum, terdapat 2 jenis tenaga listrik:
a.
Tenaga listrik alam, seperti petir dan kilat.
b.
Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti baterai
dan accu, dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik PLN pada rumah
maupun pabrik.
3. Patofisiologi
Elektron
mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan cedera dengan atau kematian
melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama elektrik pada
jantung dan otak, atau menghasilkan luka bakar elektrik internal maupun
eksternal melalui panas dan pembentukan pori di membran sel.
Arus
yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan penurunan
kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus AC dapat menghasilkan
fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik yang lama
membuat kerusakan iskemik otak terutama yang diikuti gangguan nafas. Seluruh
aliran dapat mengakibatkan mionekrosis, mioglobinemia, dan mioglobinuria dan
berbagai komplikasi. Selain itu dapat juga mengakibatkan luka bakar.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi efek listrik terhadap tubuh:
a.
Jenis / macam aliran listrik
Arus
searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat sengatan arus
listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC dengan intensitas 70-80 mA dapat
menimbulkan kematian, sedangkan arus DC dengan intensitas 250 mA masih dapat
ditolerir tanpa menimbulkan kerusakan.
b.
Tegangan / voltage
Hanya
penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi biologis kurang
berarti. Tegangan yang paling rendah yang sudah dapat menimbulkan
kematian manusia adalah 50 volt. Makin tinggi tegangan akan menghasilkan efek
yang lebih berat pada manusia baik efek lokal maupun general. +60%
kematian akibat listrik arus listrik dengan tegangan 115 volt. Kematian akibat
aliran listrik tegangan rendah terutama oleh karena terjadinya fibrilasi
ventrikel, sementara itu pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena trauma
elektrotermis.
c.
Tahanan / resistance
Tahanan
tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan perbedaan kandungan
air pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat pada kulit tubuh,
akan menurun besarnya pada tulang, lemak, urat saraf, otot, darah dan cairan
tubuh. Tahanan kulit rata-rata 500-10.000 ohm.
Di
dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini
bergantung pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut,
kelenjar keringat dan lemak. Kulit yang berkeringat lebih jelek daripada kulit
yang kering. Menurut hitungan Cardieu, bahwa berkeringat dapat menurunkan
tahanan sebesar 3000-2500 ohm. Pada kulit yang lembab karena air atau saline,
maka tahanannya turun lebih rendah lagi antara 1200-1500 ohm. Tahanan tubuh
terhadap aliran listrik juga akan menurun pada keadaan demam atau adanya
pengaruh obat-obatan yang mengakibatkan produksi keringat meningkat.
Pertimbangkan
tentang ”transitional resistance”, yaitu suatu tahanan yang menyertai akibat
adanya bahan-bahan yang berada di antara konduktor dengan tubuh atau antara
tubuh dengan bumi, misalnya baju, sarung tangan karet, sepatu karet, dan
lain-lain.
d.
Kuat arus / intensitas /amperage
Adalah
kekuatan arus (intensitas arus) yang dapat mendeposit berat tertentu perak dari
larutan perak nitrat perdetik. Satuannya : ampere. Arus yang di atas 60 mA dan
berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel.
Berikut
ini disajikan sebuah tabel mengenai efek aliran listrik terhadap tubuh :
mA
|
Efek
|
1,0
|
Sensasi, ambang arus
|
1,5
|
Rasa yang jelas, persepsi arus
|
2,0
|
Tangan mati rasa
|
4,0
|
Parestesia lengan bawah
|
15,0
|
Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari aliran listrik
|
40,0
|
Kehilangan kesadaran
|
75-100
|
Fibrilasi ventrikel
|
Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA
adalah batas ketahanan seseorang, pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya
kesadaran dan kematian akan terjadi pada kuat arus 100 mA atau lebih.
e.
Adanya hubungan dengan bumi / earthing
Sehubungan
dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah yang basah tanpa alas
kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri dengan mengggunakan alas
sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama tahanannya rendah.
f.
Lamanya waktu kontak dengan konduktor
Makin
lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak jumlah arus yang melalui
tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar & luas. Dengan tegangan
yang rendah akan terjadi spasme otot-otot sehingga korban malah menggenggam
konduktor. Akibatnya arus listrik akan mengalir lebih lama sehingga korban
jatuh dalam keadaan syok yang mematikan Sedangkan pada tegangan tinggi, korban segera
terlempar atau melepaskan konduktor atau sumber listrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan
tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang
tersentuh aliran listrik tersebut.
g.
Aliran arus
listrik (path of current)
Adalah
tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk sampai
meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of entry) & letak
titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus listrik tersebut bervariasi
dari ringan sampai berat. Arus listrik masuk dari sebelah kiri bagiah tubuh
lebih berbahaya daripada jika masuk dari sebelah kanan. Bahaya terbesar bisa
timbul jika jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik tersebut.
Bumi dianggap sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki lebih
berbahaya kalau terkena aliran listrik, alas kaki dapat berfungsi sebagai
isolator, terutama yang terbuat dari karet.
4.
Sebab Kematian
Kebanyakan oleh energi listrik itu
sendiri. Sering trauma listrik disertai trauma mekanis. Ada kasus karena
listrik yang menyebabkan korban jatuh dari ketinggian, dalam hal ini sukar
untuk mencari sebab kematian yang segera.
Sebab
kematian karena arus listrik yaitu :
a.
Fibrilasi ventrikel
Bergantung pada ukuran badan dan
jantung. Dalziel (1961) memperkirakan pada manusia arus yang
mengalir sedikitnya 70 mA dalam waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan
menyebabkan fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah jika arus listrik masuk ke
tubuh melalui tangan kiri dan keluar melalui kaki yang berlawanan/kanan. Kalau
arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan yang satu dan keluar melalui tangan
yang lain maka 60% yang meninggal dunia.
b.
Paralisis respiratorik
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan,
sehingga korban meninggal karena asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-otot
karena jantung masih tetap berdenyut sampai timbul kematian. Terjadi bila arus
listrik yang memasuki tubuh korban di atas nilai ambang yang membahayakan,
tetapi masih di batas bawah yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Menurut
Koeppen, spasme otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA, sedangkan
ventrikel fibrilasi terjadi pada arus 75-100 mA.
c.
Paralisis pusat nafas
jika
arus listrik masuk melalui pusat di batang otak, disebabkan juga oleh trauma
pada pusat-pusat vital di otak yang terjadi koagulasi dan akibat efek
hipertermias. Bila aliran listrik diputus, paralisis pusat pernafasan tetap
ada, jantung pun masih berdenyut, oleh karena itu dengan bantuan pernafasan
buatan korban masih dapat ditolong. Hal tersebut bisa terjadi jika kepala merupakan jalur arus listrik.
5.
Pemeriksaan Korban
a.
Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Korban mungkin ditemukan sedang memegang
benda yang membuatnya kena listrik, kadang-kadang ada busa pada mulut. Yang
perlu dilakukan pertama kali adalah mematikan arus listrik atau menjauhkan kawat
listrik dengan kayu kering. Lalu kemudian korban diperiksa apakah hidup atau
sudah meninggal dunia. Bilamana belum ada lebam mayat, maka mungkin korban
dalam keadaan mati suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu pernafasan
buatan dan pijat jantung dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah sakit.
Pernafasan buatan ini jika dilakukan dengan baik dan benar masih merupakan
pengobatan utama untuk korban akibat listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan
sampai korban menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-tanda kematian pasti.
b.
Pemeriksaan Jenazah
a.
Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang
menyolok adalah kelainan pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari
adalah tanda-tanda listrik atau current mark/electric mark/stroomerk van
jellinek/joule burn. Tanda-tanda listrik tersebut antara lain :
1.
Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana
listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar atau oval
dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi oleh kulit yang
menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit diluar elektrik mark akan
menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya tergantung dari benda yang berarus
lisrtrik yang mengenai tubuh.
Gambar electric mark
2. Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh dengan
benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian bagian tengah
yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam hangus
terbakar.
Gambar Joule burn
3. Exogenous burn, dapat terjadi bila
tubuh manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang
memang sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt. Tubuh
korban hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang
disertai patahnya tulang-tulang.
Gambar exogenous burn
b. Pemeriksaan Dalam
Pada
autopsi biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas. Pada otak didapatkan perdarahan kecil-kecil
dan terutama paling banyak adalah pada daerah ventrikel III dan IV. Organ
jantung akan terjadi fibrilasi bila dilalui aliran listrik . Pada paru
didapatkan edema dan kongesti. Pada korban yang terkena listrik tegangan
tinggi, Custer menemukan pada puncak lobus salah satu paru terbakar, juga
ditemukan pneumothorak, hal ini mungkin sekali disebabkan oleh aliran listrik
yang melalui paru kanan. Organ viscera menunjukkan kongesti yang merata. Petekie atau perdarahan
mukosa gastro intestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat listrik.
Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas., sedangkan pada tulang, karena tulang
mempunyai tahanan listrik yang besar, maka jika ada aliran listrik akan terjadi
panas sehingga tulang meleleh dan terbentuklah butiran-butiran kalsium fosfat
yang menyerupai mutiara atau pearl like bodies. Otot korban putus akibat perubahan hialin.
Perikard, pleura, dan konjungtiva korban terdapat bintik-bintik pendarahan.
Pada ekstremitas, pembuluh darah korban mengalami nekrosis dan ruptur lalu
terjadi pendarahan kemudian terbentuklah gangren.
c. Pemeriksaan Tambahan
Yang
dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi pada electric mark. Walaupun
pemeriksaan itu tidak spesifik untuk tanda kekerasan oleh listrik tetapi sangat
menolong untuk menegakkan bahwa korban telah mengalami trauma listrik.
Hasil
pemeriksaan akan terlihat adanya bagian sel yang memipih, pada pengecatan
dengan metoxyl lineosin akan bewarna lebih gelap dari normal. Sel-sel pada stratum korneum
menggelembung dan vakum. Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi lonjong
dan tersusun secara palisade. Ada sel yang mengalami karbonisasi dan ada pula
bagian sel-sel yang rusak dari stratum
korneum. Folikel rambut dan kelenjar
keringat memanjang dan memutar ke arah bagian yang terkena listrik.
Gambaran histologis luka petir
6.
Luka Akibat Petir
Petir/lightning,
adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase sampai 10 mega volt
dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere yang dalam waktu 1/1000-1
detik dilepaskan ke bumi.
Seseorang
yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang disebabkan oleh faktor
arus listrik, faktor panas dan faktor ledakan:
a.
Ada 3 efek listrik akibat sambaran
petir :
-
Current
mark / electrik mark / electrik burn. Efek ini termasuk salah satu tanda utama
luka listrik (electrical burn).
-
Aborescent
markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon gundul tanpa daun akibat
terjadinya vasodilatasi vena pada kulit korban sebagai reaksi dari persentuhan
antara kulit dengan petir. Tanda ini akan hilang sendiri setelah beberapa jam.
Gambar aborescent marking
-
Magnetisasi.
Logam yang terkena sambaran petir akan berubah menjadi magnet. Efek ini juga
termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).
b.
Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :
-
Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan seluruh tubuh
korban dapat terbakar atau hangus.
-
Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti perhiasan dan
komponen arloji. Arloji korban akan berhenti dimana tanda ini dapat kita
gunakan untuk menentukan saat kematian korban. Efek ini juga termasuk salah
satu tanda luka listrik (electrical burn).
Gambar metalisasi
c.
Efek ledakan:
-
Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi akibat
perpindahan volume udara yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar,
udara setempat menjadi vakum lalu terisi oleh udara kembali sehingga
menimbulkan suara menggelegar/ledakan.
-
Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban
terlontar sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul,
misalnya abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak, epidural/subdural bleeding.
7. Aspek Medikolegal
Kematian oleh arus listrik
biasanya tidak disengaja dari peralatan listrik
rusak atau
kelalaian dalam penggunaan
peralatan. Dalam industri,
kematian dapat dihasilkan
dari kontak
dengan kabel
yang berarus, atau dari alat-alat penerangan, alat-alat elektronik, ataupun
saklar-saklar. Kematian dapat terjadi selama
terapi kejang untuk
pasien dengan
gangguan jiwa namun kasus tersebut jarang, kecuali sebagai kasus bunuh diri, dan bahkan
pembunuhan telah terjadi.
Organ dalam harus dianalisis untuk
mengetahui apakah korban telah rusak pada
saat kecelakaan. Bunuh
diri jarang terjadi. Orang
biasanya menggulung
kawat ke pergelangan
tangan atau jari-jarinya, yang kemudian dihubungkan
ke arus
listrik, dimana saklar terlihat dalam posisi on.
Kurang dari setengah
korban sambaran petir meninggal. Mati akibat petir adalah selalu akibat dari
kecelakaan. Kadang-kadang, mayat korban luka petir terlihat sebagai korban
kekerasan. Korban tersebut dapat ditemukan
di lapangan terbuka dengan gambaran memar, luka robek, dan fraktur. Pada
kasus ini, diagnosis harus ditegakkan berdasarkan riwayat badai petir di
wilayah lokal tersebut, bukti adanya efek dari sambaran petir, dan magnetisasi
terhadab bahan logam.
BAB 3
KESIMPULAN
1.
Luka akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi
jika arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi organ dalam.
2.
Klasifikasi luka listrik secara garis besar dibagi
dua yaitu luka listrik akibat kontak dengan alat listrik dan luka listrik petir.
3.
Hal-hal yang mempengaruhi trauma listrik, antara
lain tipe sirkuit (AC/DC), lama
kontak, resistensi (R), tegangan (V), kuat arus (I) jalannya arus dan luas area kontak.
4.
Penanganan trauma listrik pertama-tama yang harus
dilakukan adalah memutuskan aliran listrik selekas mungkin.
5.
Kematian akibat listrik dapat diklasifikasikan dalam
tiga golongan berdasarkan tinggi-rendahnya
tegangan listrik, yaitu tegangan listrik
pada kisaran rumah tangga, industri dan karena petir.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Idries,
Abdul Mun’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:
Bina Rupa Aksara. 1997
2.
Budiyanto,
A., Widiatamaka, W., Sudiono, S. Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1997
3.
Tsokos,
Michael. Forensic Pathology Reviews. Volume 5. Humana Press.
4.
Rao,
Dinesh. Electrical Injury. Dikutip dari:
Komentar
Posting Komentar